Selamat berkunjung ke blog helwanpunya..............

Alhamdulillah, adalah suatu kehormatan anda bersedia berkunjung ke blog ini. terus terang saja, blog ini diharapkan untuk menghimpun para blogger yang mungkin perlu informasi banyak tentang mesjid Al Aqsho dan kebiadaban Yahudi Zionis. Insya Allah kami selama berusaha untuk senantiasa tidak ketinggalan terhadap perkembangan mengenai mesjid Al Aqsho tersebut. Nah...teman-teman inilah blog helwanpunya, atau untuk jalin komunikasi bisa hubungi email saya : helwan1428@yahoo.co.id

Alhamdulillah, dapat juga kita bikin kayak gini. Bagi saya ini adalah hal yang baru, namun berkat ada teman yang kasih info, n bakar semangat, kemudian sedikit bimbingan, trus jadi blog sederhana ini. Rencana saya, ini mudah-mudahan bisa dijadikan media silaturahim, trus tukar pikiran, adu pendapat, sharing info, sarana dakwah dunia maya dan yang terpenting untuk tasyakur kepada Allah Subhanahu Wata'ala.Teman-teman sesama blogger, saya sekarang lagi intens terhadap masalah mesjid Al Aqsho.Bagi kaum muslimin sedunia, mesjid ini adalah situs yang sangat sarat makna-makna historis keislaman dan mengandung keuniversalitasan islam. namun sayangnya, saat ini mesjid Al Aqsho dalam genggaman kolonialisme Yahudi Zionis Israel. So...para blogger, terutama yang peduli betapa beharganya nilai sejarah dan mulianya darah manusia, yuuk kita bantu perjuangan pembebasan mesjid Al Aqsho dan kemerdekaan rakyat Palestina. Kita punya pikiran, kedua tangan, kedua kaki, sedikit harta, dan yang terpenting hati tulus yang senantiasa mendoakan.

Senin, 24 November 2008

Al Aqsho Haqqul Muslimin

Al Aqsho Haqqul Muslimin

1. Tiga Mesjid, Satu Kesatuan
Ada tiga mesjid di muka bumi ini yang lekat betul dengan kaum muslimin seluruh dunia. Pertama, tentu saja Masjidil Haram di Makkkah, kedua, mesjid Nabawi di Madinah, dan yang ketiga, Masjidil Aqsho di Palestina.
Ketiga mesjid tersebut memiliki khazanah historis yang sangat mengakar bagi eksistensi kaum muslimin serta menjadi symbol keagungan dan universalitas islam.
Secara jelas, kelebihan ketiga mesjid tersebut di atas disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam: “Janganlah kamu bersiap-siap untuk melakukan safar kecuali pada tiga tempat, Yakni Masjid ini (Masjidil Haram), Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsha”. (HR.Bukhari).

2. Bermula Dari Ibrahim ‘Alaihissalam
Sejarah ketiga mesjid mulia umat islam tersebut, tidak terlepas dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau adalah bapak para Nabi.
Kisahnya dimulai sekitar tahun 1.800 SM, dari keluarga Ibrahim. Beliau memiliki dua orang putra, Ismail dan Ishaq. Keduanya adalah Nabiyullah ‘alaihimussalam.
Ismail menjadi cikal bakal bangsa Arab dan merupakan garis keturunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan Ishaq adalah cikal bakal garis keturunan Bani Israil.
Allah memerintahkan kepada Ibrahim untuk menghijrahkan istrinya yang bernama Hajar dan anaknya Ismail ke suatu tempat bernama Bakkah.
Kemudian, Allah memerintahkan Ibrahim dan Ismail yang sudah beranjak dewasa untuk membangun Ka’bah.
Tentang pembangunan Ka’bah ini Allah kisahkan dalam Al Quran:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membangun) dasar-dasar Baitullah bersama Isma’il (seraya berdo’a): Ya Rabb kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al Baqarah:127

Selanjutnya Bakkah dikenal dengan Makkatul Mukarromah, atau biasa disebut dengan kota Makkah.
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, penutup para Nabi yang merupakan garis keturunan dari Nabi Ismail Alaihissalam, mewarisi kemuliaan kota Makkah.
Bahkan, Allah menurunkan perintah untuk menjadikan Masjidil Haram, yang terdapat Ka’bah di dalamnya, sebagai kiblat umat islam, setelah 17 bulan kaum muslimin berkiblat ke Baitul Maqdis di Palestina.
Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga membangun Masjid Nabawi di Madinah, ketika beliau hijrah dari Makkah ke Madinah.
Begitulah dua mesjid dibangun, hingga sekarang jutaan kaum muslimin menjadikannya tujuan ziarah untuk mendapatkan pahala dan kemuliaan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kembali pada kisah Nabi Ibrahim. Putranya yang lahir setelah Ismail dari istrinya yang bernama Sarah, diberi nama Ishaq. Ishaq juga seorang Nabi. Dari Nabi Ishaq kemudian terlahir Nabi Ya’qub.
Dari Nabi Ya’kub inilah berasal sebutan Israel. Karena beliau bergelar Israel, yang memiliki arti HAMBA atau PASUKAN TUHAN, maka seluruh anak keturunannya dikenal dengan sebutan Bani Israel.
Kehidupan Bani Israel bergelimang kenikmatan. Mereka senantiasa dipimpin oleh para Nabi. Mereka diselamatkan dari keganasan kekejaman Fir’aun. Mereka juga senantiasa dipersaksikan oleh Allah terhadap berbagai mu’jizat para Nabi yang terjadi di depan mata kepala mereka.
Namun ternyata luasnya nikmat Allah yang tercurah kepada mereka, tidak mengubah keburukan tabi’at mereka. Mereka tetap lebih cenderung kepada kesesatan dan kemaksiyatan.

3. Al Aqsho di Bangun
Kalau Masjidil Haram di Makkah adalah rumah ibadat yang pertama kali dibangun di muka bumi, maka tempat ibadat yang kedua dibangun setelahnya adalah Masjidil Aqsho di Palestina.
Terdapat sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan tentang pembangunan kedua masjid tersebut:
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Mesjid manakah yang mula-mula didirikan?” Jawab beliau: “Masjidil Haram (di Makkah)” Tanya saya lagi: “Kemudian yang mana?” Jawab beliau: “Kemudian Masjidil Aqsho (Baitul Maqdis)”. Tanya saya lagi: “Berapa lama antara keduanya?” Jawab beliau: “Empat puluh tahun”. Kemudian beliau bersabda: “Dimana saja engkau mendapatkan waktu sholat, maka sholatlah, dan bumi ini bagi engkau adalah mesjid (tempat sholat)”. HSR. Bukhari (Shahih Bukhari Jilid III, 207).
Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa jarak waktu pembangunan antara Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsho adalah selama 40 tahun.
Dengan demikian, jika Masjidil Haram dibangun oleh Ibrahim dan Ismail, maka yang membangun pertama kali Masjidil Aqsho, menurut beberapa penulis sejarah adalah Nabi Ya’kub.
Akan tetapi, tidak diketemukan informasi yang shahih dari Rasulullah mengenai siapa sebenarnya yang membangun pertama kali Masjidil Aqsho.
Beliau hanya menyebutkan bahwa jarak antara pembangunan Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsho adalah selama empat puluh tahun.
Kalau sekiranya Nabi Ya’kub, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

Pertama, Nabi Ya’kub adalah putra Nabi Ishaq, sedangkan Nabi Ishaq terlahir ketika umur Ibrahim dan Sarah dalam usia yang sudah sangat tua, bahkan beliau menyangka tidak lagi memiliki keturunan dari rahim Sarah.
Ayat Al Qur’an menyebutkan:
قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ (72)
Artinya: “Istrinya berkata: Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua dan suamiku pun dalam keadaan tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang aneh”. QS. Huud:72.

Ini berarti, terdapat masa yang sangat panjang antara Nabi Ismail (yang membangun Masjidil Haram bersama Nabi Ibrahim) dengan Nabi Ya’kub yang merupakan putra Nabi Ishaq.
Oleh karenanya, masih perlu dipertanyakan apakah logis jarak waktu 40 tahun untuk masa tenggang dari Nabi Ismail ketika membangun Masjidil Haram dengan Nabi Ya’kub di saat membangun Masjidil Aqsho.

Kedua, menurut riwayat bahwa setelah mendapat nasehat dari Nabi Ishaq, Nabi Ya’kub hijrah dari Palestina ke Fadan Araam (sekitar Irak sekarang), kemudian hijrah lagi ke Mesir pada masa Nabi Yusuf menjadi pembesar kerajaan di sana.

Tidak ada riwayat yang jelas yang menunjukkan Beliau kembali lagi ke Palestina. Jadi kisah hidup beliau lebih lama berada di luar negeri Palestina, dan nampaknya sulit diterima kalau selama beliau di Palestina yang singkat itu, sempat membangun Masjidil Aqsho.

Ketiga, Ada dua orang Nabi yang kemungkinan besar membangun Masjidil Aqsho, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq.

Dengan alasan: kedua orang Nabi tersebut sebagian besar masa hidupnya adalah di Palestina, selain itu kalau diperhatikan maka keduanya mempunyai tenggang waktu yang cukup logis jika dikaitkan dengan jarak 40 tahun setelah pembangunan Masjidil Haram di Makkah.

Namun dari semua penjelasan di atas, Allah subhanahu wata’ala yang lebih mengetahui, Wallahu ‘alam bish showwab.

4. Al Aqsho pada Zaman Para Nabi
Dimulai dari zaman Nabi Musa ‘alihissalam. Setelah Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari keganasan penguasa Mesir, Fir’aun dan bala tentaranya, kemudian Allah perintahkan kepada mereka untuk memasuki Al Ardhol Muqoddasah atau Tanah yang Suci di Palestina.
Al Qur’an menyebutkan::
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (21)
Artinya: “(Musa berkata) Wahai kaumku, masukkanlah ke Tanah Suci yang telah ditentukan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang merugi”. QS. Al Maidah:21.

Menurut ulama tafsir, yang dimaksud dengan Al Ardhol Muqoddasah pada ayat di atas adalah Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsho.
Ini menandakan bahwa Masjidil Aqsho sudah jelas-jelas ada pada masa Nabi Musa ‘Alaihissalam, akan tetapi masih dalam kekuasaan orang-orang Kanaan (Palestina), sepeninggal Nabi Ishaq.
Pada masa Nabi Dawud, Allah menganugerahkan Kenabian dan Kerajaan kepada beliau, untuk memimpin Bani Israil. Sebagai seorang Nabi, beliau mewarisi Masjidil Aqsho dan memperbaharui kembali bangunannya.
Beliau juga membangun kota Yerusalem lama, dan menempatkan Al Haram Al Syarif sebagai bagian dari kota tersebut. Al Haram Al Syarif terletak di Bukit Zaitun, orang Katholik menyebutnya dengan Bukit Moria.
Menurut Ibnu Taymiyah, yang disebut sebagai Mesjid al Aqsha adalah seluruh kompleks Bukit Zaitun, yang sebagai pusatnya adalah Al Haram Al Syarif.
Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan Nabi Dawud dan kemuliaan Baitul Maqdis. Menurut sejarah, puncak keemasan kerajaan yang Allah limpahkan kepada Bani Israil adalah pada masa Beliau.
Menurut orang-orang Yahudi, Nabi Sulaiman telah membangun Haikal Sulaiman atau The Solomon Temple. Haikal berkonotasi kuil atau tempat pemujaan terhadap berhala atau dewa.
Pemahaman ini bisa dimaklumi karena dikalangan Bani Israil Aliran Kabbalah, yakni penyembahan terhadap syaithon, tetap dipegang oleh sebagian dari mereka, sehingga mereka menebarkan fitnah sesat dengan mengatakan Sulaiman telah membangun Haikal.
Padahal dengan sangat jelas Allah menyatakan dalam Al Qur’an, bahwa Sulaiman adalah Nabiyullah, yang tidak pernah terlepas dari mentauhidkan Allah, sebagaimana Nabi-nabi lainnya yang Allah utus.
Selanjutnya, setelah waktu demi waktu berlalu, tibalah kehancuran yang pertama terjadi pada Baitul Maqdis. Sepeningga Nabi Sulaiman Bani Israil terpecah-pecah sehingga melemahkan kekuatan mereka.
Pada tahun 586 SM, mereka diserang oleh Raja Nebukatnezzar, dari Babilonia. Yerusalem dan istana Sulaiman dihancurkan begitupula Baitul Maqdis. Kaum Yahudi dijadikan budak di bawa ke Babilonia.

1Kekuasaan Babilonia atas Palestina tidak berlangsung lama. Hanya sekitar ½ abad. Tepatnya pada tahun 538 SM, Persia berhasil mengalahkan Babilonia, sehingga otomatis Palestina dikuasai oleh Persia yang rajanya pada waktu itu bernama: Qurisy Al Farisi.
Menurut DR, Shalah Al Khalidy, Qurisy Al Farisi adalah seorang raja Persia yang berkeyakinan Tauhid, dan berbagai perjalanan yang ia lakukan, menunjukkan bahwa Qurisy Al Farisi adalah Zulqornain, sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat Al Qur’an surah Al Kahfi.
Orang-orang Yahudi kemudian sebagian kembali ke Palestina, dan mereka membangun kembali Masjidil Aqsho, dibawah pengawasan Qurisy Al Farisi. Namun para sejarawan Yahudi menyebutnya sebagai , Second temple, atau Kuil Kedua.
Pergolakan politik dunia pada waktu itu terus berubah. Romawi kemudian berhasil mengalahkan Persia dan menguasai Palestina pada tahun 63 SM.
Ketika Allah mengutus Isa dan Yahya sebagai Rasul Nya, beliau sangat murka terhadap kekufuran yang telah dilakukan oleh Bani Israil. Oleh karenanya, Beliau kemudian melaknat Bani Israil atas perbuatan kufur mereka tersebut.
“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan ‘Isa Putra Maryam . Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas”. QS. Al Maidah:78
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa Baitul Maqdis tetap menjadi tempat bagi nabi Isa dan Yahya ‘Alaihimussalam untuk mengumpulkan Bani Israil. Hadits tersebut berbunyi antara lain:
“Sesungguhnya Allah menyuruh Yahya bin Zakaria untuk mengerjakan 5 macam dan menyuruh Bani Israil melaksanakannya. Tetapi kemudian ia lambat menyampaikan kepada Bani Israil sehingga ditegur oleh Nabi Isa, “Sungguh Allah telah menyuruhmu melaksanakan 5 perkara dan menyuruh Bani Israil supaya melaksanakannya pula, jika anda tidak dapat menyampaikannya maka aku akan menyampaikannya”. Jawab Yahya, “Hai Saudaraku, saya khawatir jika anda yang menyampaikannya saya akan disiksa atau dibinasakan Nya”. Maka segera Yahya mengumpulkan Bani Israil di Baitul Maqdis sehingga memenuhi ruangan MASJID, kemudian ia duduk diatas mimbar dan sesudah mengucapkan puji syukur kepada Allah ia berkata, “Allah telah menyuruhku melaksanakan 5 perkara dan kini saya anjurkan kepadamu untuk melaksanakannya……”.

Hadits ini menunjukkan, bahwa Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsho tetap masih terpelihara, sehingga Nabi Isa dan Yahya, serta Bani Israil yang masih berpegang teguh kepada tauhidullah, masih memanfaatkannya untuk kegiatan peribadatan kepada Allah.
Pergolakan kembali terjadi. Pada tahun 70 M, Yerusalem yang masih dalam wilayah kekuasaan Romawi, diserang oleh Panglima Titus. Hal ini karena, Yahudi memberontak namun gagal.
Terjadi pembantaian besar-besaran terhadap kaum Yahudi, Masjidil Aqsho pun dihancurkan. Kecuali dinding Kota Yerusalem yang selamat dari penghancuran, itu pun hanya tersisa 60 m.
Sisa tembok ini kemudian dikenal dengan Wailing Wall, atau Tembok Ratapan. Orang-oarang Yahudi hingga kini mengeramatkan Tembok Ratapan ini.
Romawi, yang kemudian telah beragama Nasrani, menguasai Palestina hingga pada masa kekuasaan Islam.
Nabi Penutup, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pun ternyata Allah taqdirkan untuk berinteraksi dengan Baitul Maqdis. Bahkan atas Kehendak Allah beliaulah yang menghimpun antara Makkah dengan Palestina, antara Masjidil Haram dengan Baitul Maqdis.

Ada dua hal:
Pertama, Umat Islam menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat pertama selama kurang lebih 17 bulan. Kemudian baru turun perintah Allah untuk mengalihkan arah kiblat ke Masjidil Haram di Makkah.
Kedua, Allah menjadikan Masjidil Haram dan Masjidil Aqsho sebagai dua mesjid yang menjadi titik tolak perjalanan Isra dan Mi’raj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagaimana diketahui Isro’ Mi’raj beliau bermula dari Masjidil Haram di Makkah, kemudian ke Masjidil Aqsho di Palestina, kemudian ke Sidrotul Muntaha di langit. Lebih lengkapnya secara jelas diungkap dalam ayat Al Quran surah Al Isro ayat 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1)
Artinya: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (Kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”.
Dari dua hal di atas, banyak hikmah yang dapat diambil. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menghimpun dua tempat peribadatan yang sarat dengan nilai histories bagi seluruh manusia.
Beliau telah menghimpun antara keturunan Ismail dengan keturunan Ya’kub, atau antara Arab dan Yahudi.
Mereka semuanya berasal dari satu Bapak, yakni : Ibrahim ‘alaihissalam dan agamanya bermuara dari satu kata, yakni: Tauhidullah, sebagaimana yang senantiasa diusung oleh Ibrahim, Ya’kub, Musa, Isa, hingga Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ya…, penghuni Makkah dan penghuni Baitul Maqdis serta seluruh umat manusia lainnya adalah umat beliau, karena beliau adalah penyempurna terakhir agama para Nabi.

5. Silih Berganti Al Aqsho Dikuasai
Baitul Maqdis masih tetap dalam kekuasaan Romawi, yang waktu itu telah beragama Nasrani, hingga kemudian dibebaskan oleh Kholifah Umar.
Kekalahan tentara Romawi yang dipimpin oleh Panglima Artavon dari pasukan Islam, menyebabkan mereka harus bertahan terakhir di Yerusalem pada tahun 636 M.
Akan tetapi wilayah Kota Suci Yerusalem yang dipimpin oleh seorang Uskup bernama Sophronius, justru menghendaki agar Yerusalem diserahkan secara baik-baik kepada kekuatan Islam.
Kholifah Umar akhirnya berangkat ke Palestina, karena Uskup Sophronius memberikan syarat hanya akan menyerahkan kota suci Yerusalem langsung ke pimpinan Islam tertinggi.
Kholifah Umar menyetujui, akhirnya beliau berangkat keluar dari Madinah menuju Palestina, dan ini adalah satu-satu kepergian Kholifah Umar yang meninggalkan Madinah, kepergian untuk mewarisi kemuliaan Masjidil Aqsho.
Sungguh menakjubkan, ketika Islam berhasil menguasai Yerusalem, tidak ada setetes pun darah yang tumpah, tidak ada satu pun tempat ibadah yang dirusak. Kaum muslimin dengan damai memasuki Yerusalem.

Bahkan disaat Kholifah Umar menerima penyerahan resmi Kota Yerusalem, tibalah waktu sholat Zhuhur, Uskup Sophronius menawarkan untuk sholat di Gereja mereka, Umar menolak dengan mengatakan: “Kalau saya sholat di situ, saya khawatir orang-oarang di kemudian hari akan merampas gereja tuan dan menjadikannya sebagai mesjid”.
Akhirnya beliau dan kaum muslimin sholat di sekitar Kubah Assakhro, yakni batu karang tempat Rasulullah sholat dua rakaat sebelum Mi’raj ke langit.
Pada masa-masa berikutnya, Palestina tetap di bawah kekuasaan umat Islam. Pada masa itu pula terjadi pembangunan mesjid Al Aqsho seperti yang ada sekarang ini dan Kubah As sakhro.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, tepatnya zaman Abdul Malik, beliau membangun dengan megah Mesjid Al Aqsho dan Kubah As Sakhro, sehingga seperti yang terlihat sekarang ini.
Pada awal abad ke dua, tepatnya tahun 1090an, tentara Salib yang berjumlah 150.000 orang dikerahkan oleh Paus Urbanus II didukung Peter the Hermit, seorang Yahudi beraliran Kabbalis.
Pasukan tersebut bergerak menuju ke Timur, dengan tujuan akhir menyerang Yerusalem. Pasukan ini terdiri dari sukarelawan kristiani dan para pelaku criminal yang dijanjikan pengampunan dosa oleh sang Paus.
Yerusalem yang waktu itu dibawah kekuasaan Bani Fathimiyah tak mampu menahan luapan tentara Salib. Hal ini karena kekuasaan Turki Seljuk dalam keadaan yang lemah akibat problem internal.
Akibatnya terjadi kerusakan dahsyat. Pembantaian tak berperikemanusiaan terjadi. Seluruh kaum muslimin dibantai, bahkan orang Yahudi pun tak luput dari keganasan tentara Salib.
Masjid Al Aqsho, tempat terakhir kaum muslimin berlindung, menjadi kubangan darah muslimin yang tertumpah, mayat-mayat pun bergelimpangan. Pada tahun 1099 Yerusalem jatuh ke tangan tentara Salib.
Untuk menggambarkan keganasan ini, seorang pemimpin pasukan Salib menulis surat melaporkan kepada Paus Urbanus II,
“Jika paduka ingin mendengar bagaimana kami memperlakukan musuh-musuh kita di Yerusalem, ketahuilah, di Portico dan Haikal Sulaiman, kami berkuda di atas najis kaum Saracen (Muslim), yang tinggi genangannya itu mencapai lutut kuda-kuda kami”.
Kisah ini mengakhiri kedamaian Yerusalem yang belum lama terpancar dibawah kekuasaan Islam, dan sekaligus pula menunjukkan kebiadaban pasukan yang mengatasnamakan agama Nasrani ini.
Namun ternyata keadaan ini tidak bertahan lama. Belum genap satu abad, seorang mujahid Islam berasal dari Utara Irak, Shalahuddin Al Ayyubi, berhasil merebut kembali Yerusalem, pada tahun 1187 M.
Shalahudin, seperti panglima Islam pendahulunya, beliau dengan damai menjamin kehidupan para penghuni Kota Yerusalem, bahkan yang beragama Kristen dan Yahudi sekalipun, mereka bebas hidup di Yerusalem.
Shalahuddin juga merenovasi bangunan Mesjid Al Aqsho, beliau juga membuat mimbar yang sangat megah yang terkenal dengan sebutan Mimbar Shalahuddin Al Ayyubi.
Sampai pada masa kekuasaan Turki Utsmani, Palestina tetap berada di bawah kekuasaan Islam, hingga suatu masa.

7. Al Aqsho Di Bawah Kekuasaan Zionis
Taqdir berkata lain. Palestina dan Al Aqsho tetap menjadi sasaran jihad umat Islam. Ternyata benteng terakhir kekuatan Islam yang diwarisi oleh Kekhilafahan Turki Utsmani, kian hari kian lemah.
Konspirasi Zionis Yahudi berada dibalik kehancuran Turki Utsmani. Umat Islam limbung, Palestina dan Al Aqsho menjadi incaran konspirasi Zionis untuk merealisasikan Negara Israel Raya.
Seiring dengan melemahnya kekuasaan Turki, atas lobi Zionisme tingkat tinggi, pada tanggal 2 November 1917 lahirlah deklarasi Balfour yang memberikan hak kepada bangsa Yahudi untuk bermukim di Palestina.
Kemudian langkah ini disempurnakan oleh PBB. Pada tahun 1947 DK PBB memuluskan langkah zionisme internasional untuk kukuh kembali ke Palestina, dengan mengeluarkan resolusi bahwa Palestina dibagi menjadi dua bagian. Palestina dan Israel.
Selanjutnya dimulainya babak baru nasib Palestina dan Al Aqsho. Bercokolnya Zionis Yahudi di Palestina, berarti diawalinya kehidupan keras penuh penindasan.
Karena tidak ada yang diinginkan Zionis Yahudi, melainkan merampas tanah Palestina, mengoyak kehormatan Islam dan menghancuran Al Aqsho untuk kemudian digantikan dengan Haikal Sulaiman mereka.
Rabi Elmer Berger, mantan presiden Liga untuk Judaisme di AS, mengutip perkataan Mikha:
“Dengarlah, wahai kepala-kepala rumah Jacob dan pemimpin-pemimpin Rumah Israel, kamu yang telah membenci kebaikan dan mencintai kejahatan, yang membangun Zion dalam darah dan Jerusalem dalam kejahatan. Zion akan diolah seperti lading, Jerusalem akan menjadi sepotong reruntuhan, dan gunung tempat berdirinya kuil akan menjadi tempat utama bagi berhala”.
Hal ini terbukti, sejak tahun 1967 hingga tahun 2000. lebih dari 100 kali orang Yahudi melecehkan dan bertindak merobohkan mesjid Al Aqsho. Beberapa diantaranya adalah:
Pada tanggal 21 Agustus 1969, seorang teroris Yahudi, Danis Dohan, membakar Masjid Al Aqsho, namun sempat dipadamkan oleh muslimin Palestina.
11 September 1979, polisi Israel melepaskan peluru bertubi-tubi ke arah kaum muslimin, jama'ah shalat yang menyebabkan puluhan jama'ah itu luka-luka.
28 Agustus 1981, pengumuman tentang ditemukannya terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha yang gerbangnya berada di tembok ratapan. Pemerintah Israel berusaha untuk menutupi hal ini. Penggalian terowongan ini terus berlanjut hingga sekarang.
8 Agustus 1990, pasukan penjajah Israel melakukan pembantaian di dalam masjid, sehingga 22 jama'ah shalat gugur syahid dan lebih dari 200 lainnya luka-luka.
24 Januari 1999, sebuah rencana salah seorang aktivis sayap kanan Israel, Dimyan Pakopitch, sesuai pengakuannya sendiri, berhasil diungkap. Rencana tersebut adalah dengan meledakkan Masjid Al-Aqsha hingga rata dengan tanah.
Sejak Agustus 2006, mesjid Al Aqsha sudah sepenuhnya dikuasai oleh Israel, mereka melarang kaum muslimin untuk melaksanakan sholat di sana. Atas desakan kaum muslimin mereka pun mengendorkan, namun tetap melarang kaum muslimin yang berumur dibawah 40 tahun untuk memasuki mesjid Al Aqsho.
Apa yang telah dilakukan oleh Zionis Israel terhadap Bangsa Palestina dan Mesjid Al Aqsho, mengingatkan kita pada kebiadaban tentara Salib terdahulu. Zionis Israel menapaktilasi jalan yang sama dengan tentara salib, yakni jalan kebiadaban dan kenistaan.
Hal ini semakin membuktikan hanya Islam yang pantas menjadi penjaga kota suci Yerusalem.
Terbukti, dua kali mujahidin Islam mampu merebut Yerusalem, yakni Umar Ibnul Khathab dan Shalahuddin Al Ayyubi, keduanya mampu memperlihatkan akhlak yang mulia, semua agama hidup berdampingan dengan damai.
Ini menjadi sepenggal cerita indah bagi bangsa Palestina si penghuni tanah suci Kota Yerusalem.

8. Tiga Agama Mengklaim Yerusalem
Kota Yerusalem, memiliki histories yang mendalam bagi ketiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Menurut orang Kristen, situs yang dianggap suci oleh mereka adalah apa yang disebut dengan Via Dolorosa & Gereja Sepulcher.
Via Dolorosa, menurut keyakinan kristiani, adalah jalan kesengsaraan, jejak kaki Yesus ketika disalib. Terdiri dari 14 titik, bermula dari sebelah utara daerah Haram Al Syarif, terus menyusuri rute hingga ke Gereja Sepulcher, atau gereja Kebangkitan. Situs ini, menjadi salah satu tujuan ziarah bagi umat kristiani.
Sementara bagi umat Yahudi, yang mereka anggap suci adalah apa yang dikenal dengan Wailing Wall atau Tembok Ratapan.
Sesungguhnya Tembok Ratapan ini adalah sisa tembok dari dinding Kota Yerusalem yang dihancurkan oleh Kaisar Vespasianus (Panglima Tittus) dari Romawi.
Panjang tembok ratapan aslinya sekitar 485 meter, namun sekarang sisanya hanyalah 60 meter.
Menurut kepercayaan Yahudi, di situ berdiam “Shekhinah” (kehadiran ilahi). Jadi, berdoa di situ sama artinya dengan berdoa kepada Tuhan.
Hingga kini Tembok Ratapan menjadi tujuan ziarah untuk ibadat dan permohonan doa bagi umat Yahudi seluruh dunia. Tembok Ratapan terletak berhimpitan sebelah barat dengan Haram Al Syarif.
Akan tetapi klaim Yahudi atas tembok Ratapan ini tidak terbukti secara ilmiah.
Jerusalem Center, sebuah lembaga penelitian modern milik Israel, menegaskan bahwa seluruh wilayah Masjid Al Aqsho termasuk yang disebut Tembok Ratapan atau Tembok Al Buraq adalah situs sejarah Islam saja, tidak ada kaitannya dengan sejarah Yahudi. Hal ini diungkapkan sendiri oleh Samuel Berigo, Doktor arkeolog Israel.
Sedangkan bagi kaum muslimin, lokasi suci adalah Kompleks Al Haram Al Syarif yang seluruhnya dipagari oleh tembok, dan di dalamnya terdapat bangunan Mesjid Al Aqsha yang ada sekarang ini, yang berdampingan dengan Kubah Assakhra.
Bahkan apa yang mereka sebut sebagai Wailing Wall (Tembok Ratapan) juga termasuk dalam wilayah Al Haram Asy Syarif.
Baitul Maqdis sejak dulu, zaman para Nabi dan Rasul, adalah Masjid tempat penyembahan kepada Allah Subahanahu Wata’ala.
Orang-orang Yahudi telah berkhianat terhadap keyakinan Tauhidullah. Syari’at yang mereka terapkan jauh menyimpang dari yang Allah tetapkan. Bahkan sudah terinfiltrasi dengan paham Kabbalah, yakni paham Satanisme.
Itulah yang mereka lakukan saat ini di lokasi yang mereka sebut sebagai Tembok Ratapan itu.

9. Kewajiban Muslimin Membebaskan Al Aqsho
Kewajiban muslimin seluruh dunia untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi dan mengembalikan kemulian Masjid Al Aqsho ke pangkuan kaum muslimin.
Nasib Mesjid Al Aqsho tidak mungkin hanya diserahkan kepada Rakyat Palestina saja.
Mereka memang telah menunjukkan keteguhan hati menjadi mujahidin pada barisan terdepan untuk mengadakan perlawanan terhadap Zionis Yahudi.
Meskipun mereka hanya sekumpulan anak-anak yang bersenjatakan ketepel dan lemparan kerikil.
Atau ibu-ibu janda yang ditinggal suami karena dibunuhi oleh tentara Zionis, namun yang pasti mereka telah mengikhlaskan dirinya untuk menjadi tameng. Bahwa setiap tetes darah yang tertumpah dari tubuh mereka, mengalir atas nama kemulian Islam.
Lantas, pantaskah kaum muslimin membiarkan mereka berjihad mempertahankan Al Aqsho sendirian, sementara Zionis Israel merangsek maju setiap saat, dengan persenjataan lengkap, dan kekuatan mereka didukung oleh konspirasi Internasional.
Sungguh adalah hina bagi kaum muslimin untuk membiarkan hal ini terjadi. Saatnya sudah tiba untuk bangkit, menggalang persatuan demi pembebasan Al Aqsho.
Allah telah menjanjikan kepada seluruh jiwa yang mengimani Al Qur’an. Bahwa kekalahan Zionis Israil sudah nampak dan pasti.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (7)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila dating saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam Mesjid (Al Aqsho) sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai”. QS. Al Isro:8
Al Aqsho Haqquna, Al Aqsho hak kaum muslimin…………..

Penyusun Naskah: Uray Helwan
Referensi:
1. Al Qur’an dan Terjemahnya, Syamil Al Qur’an
2. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid I, PT. Bina Ilmu, 1987
3. M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah Vol 3, Lentera Hati, 2004
4. Terjemah Hadis Shahih Bukhari Jilid I, II, III IV, Klang Book Centre, 2002
5. H. Salim Bahreisy, Sejarah Hidup Nabi-Nabi, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1980
6. Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, 1979
7. Rizki Ridyasmara, Knight Templar Knight of Christ, Pustaka Al-Kautsar, 2006
8. Hanafi Muhallawi, Tempat-Tempat Bersejarah Dalam Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, Gema Insani (GIP), Jakarta, 2005
9. Prof. Dr. Ahmad Syalabi, Sejarah Yahudi dan Zionisme, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta, 2006
10. Ridwan Saidi dan Rizki Ridyasmara, Fakta dan Data Yahudi di Indonesia Dulu dan Kini, Khalifa, Jakarta, 2006
11. Dr. Muh. Ahmad. Diyab Abdul Hafidz, Menguak Tabir dan Konspirasi Yahudi, Pustaka Setia Bandung, 2005
12. DR. Shalah Al Khalidy, Kisah-Kisah Al Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang Terdahulu Jilid 2, Gema Insani Press, Jakarta, 2000
13. Roger Garaudy, Mitos dan Politik Israel, Gema Insani Press, Jakarta, 2000
14. Ali Farkhan Tsani, Ghazwah Al Aqsho Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Afta Cileungsi Bogor, 2007
15. Era Muslim Digest, Edisi Koleksi I, September 2007
16. COMES, swaramuslim.net, 25 Februari 2004
17. Speedytown.com (diakses tgl 24 Febr 2007).

Senin, 17 November 2008

Pembebasan Al-Aqsha Palestina, Janji Allah yang Pasti Terlaksana
Ali Farkhan Tsani, Pemred Journal Al-Aqsha Jakarta

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi mengungkapkan, Masjid Al-Aqsha dan kawasan Palestina akan bebas dari penjajahan Israel dalam waktu dekat seiring dengan semakin banyaknya dukungan solidaritas umat Islam di seluruh dunia, terutama dari umat Islam Indonesia.

Dubes Palestina berkeyakinan akan terwujudnya hadits Nabi Muhammad SAW, "Akan selalu ada segolongan dari umatku yang berperang di pintu Damaskus dan sekitarnya serta di pintu Baitul Maqdis (Al-Aqsha Palestina) dan sekitarnya. Tidak membahayakan orang yang menghinakannya, dan mereka selalu menampakkan diri di atas kebenaran sampai hari kiamat."

Dalam pandangan DR. Usamah Jam’ah Al-Asyqar, General Manager Palestines Establishment of Culture Suriah, disebutkan, dengan kondisi Palestina masih dalam genggaman penjajah, umat Islam di seluruh dunia secara bergulir semakin terusik. Karenanya masing-masing berusaha membantu dengan berbagai cara yang mereka bisa lakukan. Di antara mereka ada yang menggunakan senjata, fisik, material, dana, pemikiran, penelitian maupun survai.

Dalam tinjauan historis, seperti juga diyakini Dubes Palestina, adalah Nabi Nuhammad SAW yang mencanangkan program pembebasan Palestina dan kawasan Syam sekitarnya. Keinginan Nabi itu semakin mengemuka setelah beliau diperjalankan Allah dalam peristiwa Isra dan Mi’raj. Nabi SAW menyampaikan berita gembira dengan akan terbukanya kawasan Palestina dan sekitarnya.

Seperti diungkapkan dalam sebuah hadits riwayat Ath-Thabrani disebutkan, suatu ketika Syaddad bin Aus berada di sisi Nabi SAW. Maka beliaupun bertanya, “Ada apa denganmu, Wahai Syaddad?”. Ia menjawab, “Betapa sempitnya dunia bagiku”. Maka Nabi bersabda, “Bukan Cuma bagimu. Sesungguhnya kawasan Syam akan dibebaskan, dan akan dibebaskan pula Baitul Maqdis (Al-Aqsha Palestina), dan engkau serta keturunanmu kelak akan menjadi para pemimpin di sana, insya Allah”. (Al Mu’jam Al-Kabir : 7 / 289).

Terbukanya Palestina sudah terasa di pelupuk mata ketika Nabi memimpin peperangan di daerah Tabuk Jazirah Arab. Saat itu, Nabi mengutus sahabatnya Alqamah bin Mujazzaz Al-Mudhiji ke kawasan Palestina. Alqamah menerima amanat ekspedisi dakwah dan jihad itu hingga dapat memasuki desa Al-Darum (Dir Bilh) bagian dari daerah Gaza. Kelak setelah itu terbukti Alqamah memiliki peranan besar dalam membuka Palestina. Ia pun menjadi hakim di Baitul Maqdis Palestina pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab.

Pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Bakar sebagai Pemimpin Umat Islam terpercaya mengumpulkan para pemimpin dari berbagai daerah di jazirah Arab untuk membuka daerah Syam. Abu Bakar memotivasi solidaritas seluruh umat Islam di daerah Makkah, Thaif, Yaman, dan seluruh bangsa Arab di Najed dan Hijaz untuk berjihad menuju Syam.

Pada masa Khalifah Umar bi Khattab, penduduk Palestina memberikan mandat kepada Pemimpin Islam Khalifah Umar bahwa diri mereka, harta mereka, dan semua kepercayaan di sana, untuk dijaga dan dipelihara oleh Islam. Khalifah Umar bin Khattab mewaqafkannya untuk umat Islam, agar jangan sampai jatuh ke tangan di luar Islam. Di bawah kepemimpinan Islam, penduduk di Palestina dan sekitarnya hidup secara damai dan penuh rahmat. Demikian pula saat kawasan Palestina di bawah Pimpinan Panglima Islam Shalahuddin Al-Ayyubi.

Jihad Al-Aqsha

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Artinya : "Tidak boleh mengkhususkan melakukan perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)". (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Landasan aqidah terutama surah Al-Isra ayat 1 dan hadits di atas, juga dalil-dalil lainnya menunjukkan keagungan, keutamaan, dan kemuliaan Masjid Al-Aqsha di dalam Islam. Hal tersebut menekankan pentingnya kaum muslimin memperhatikan Masjid Al-Aqsha serta menekankan tanggung jawab umat Islam di seluruh dunia dalam membela dan menjaga masjid tersebut. Umat Islam tidak boleh membiarkan apalagi melalaikannya dikuasai oleh yang bukan haknya, seperti berlangsung saat ini, dijajah oleh Zionis Israel. Hal itu karena Masjid Al-Aqsha adalah hak milik yang sah milik kita umat Islam atau disebut dengan istilah “Al-Aqsha Haqquna”.

Oleh karena itu, jihad membebaskan Al-Aqsha adalah semata-mata karena memenuhi perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : Artinya : "Tidak henti-hentinya thaifah dari umatku yang menampakkan kebenaran terhadap musuh mereka. Mereka mengalahkannya, dan tidak ada yang membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya, hingga datang kepada mereka keputusan Allah Azza wa Jalla, dan tetaplah dalam keadaan demikian". Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, di manakah mereka?". Beliau bersabda, "Di Bait Al-Maqdis dan di sisi-sisi Bait Al-Maqdis". (HR Ahmad dari Abi Umamah).

Insya Allah, Pembebasan Al-Aqsha Palestina adalah Janji Allah yang pasti terlaksana!
Allahu Akbar !! (www.jamaahmuslimin.com)