Sebelum hijrah ke Madinah, adalah perjalanan dakwah yang sangat menyedihkan. Rasulullah dan para shahabat betul-betul menjadi bulan-bulanan penyiksaan orang-orang musyrikin Makkah. Shahabat Yasir sekeluarga mengalami siksaan yang amat kejam hingga syahid terjadi didepan mata Beliau. Diseret di panas teriknya padang pasir, ditombak, dijemur telentang, ditindih dengan batu besar, ditenggelamkan di dalam kubangan. Begitu pula yang dialami oleh Bilal bin Rabah, Khabbab bin Al ‘Art, Mushab bin ‘Umair, Abudzar Al Ghifar, dan lain-lain. Bahkan pribadi Beliau sendiri tidak luput dari perbuatan kejam kafir Quraisy.
Karenanya, kalau sekiranya perbuatan balas dendam diperbolehkan dalam islam, maka sepertinya beliau dan para sahabat lah yang paling pantas untuk melakukannya. Lantaran mengalami kekejaman yang teramat sangat itu.
Namun Rasulullah, Muhammad Saw adalah manusia yang paling mulia yang pernah Allah utus menjadi Nabi. Kasih sayang beliau sungguh teramat besar, sehingga jauh melebihi rasa ingin membalas setimpal kejahatan yang terjadi. Allah mengabadikan keindahan kasih sayang beliau ini dalam Al Quran:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah :"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki 'Arsy yang agung". (QS. 9: 128-129)
Lantas apakah yang dilakukan oleh Beliau kepada orang-orang Makkah tersebut disaat mampu membalas kekejaman mereka, yakni ketika Fathul Makkah (Pembebasan kota Makkah)? Disebutkan dalam Fiqhus Sirah:
Tidak lama setelah itu kota Makkah tenang kembali, tokoh-tokoh Makkah dan para pengikutnya menyerah tanpa syarat. Rasulullah menuju Baitullah. Setelah thawaf Beliau menghancurkan berhala-berhala dan patung-patung yang ada di sekitar Ka’bah. Kemudian Beliau mengarahkan pandangan kepada orang-orang Quraisy yang berdiri dalam beberapa barisan menunggu keputusan Beliau mengenai nasib mereka. Beliau bersabda: “Tiada Tuhan selain Allah, yang telah memenuhi janji Nya, telah menolong hamba Nya, dan telah pula mengalahkan pasukan Ahzab”. Setelah itu Beliau bertanya: “Hai Orang-orang Quraisy, menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak kuambil terhadap kalian?” Mereka menyahut serentak: “Tentu yang baik-baik! Hai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia”. Beliau lalu bersabda: “Kukatakan kepada kalian apa yang dahulu pernah dikatakan oleh Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya: Tidak ada hukuman apa pun terhadap kalian. Pergilah kalian semua! Kalian semua bebas!”. (Sirah Ibnu Hisyam, dikutip oleh Muhammad Al Gazali).
Tidak hanya itu, diantara 15 orang yang diancam hukuman bunuh lantaran permusuhan yang sudah melampaui batas terhadap islam, hanya 5 orang yang benar-benar dieksekusi. Selebihnya, sepuluh orang, dimaafkan. Yang lima orang itu pun karena mereka tetap ‘istiqomah’ memusuhi islam dan membenci pribadi Rasulullah, walaupun telah diberi kesempatan untuk mendapatkan pengampunan.
Nah, mengapa harus memelihara sifat dendam? Jadilah pemaaf mulai sekarang. “Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. 7:199)
Karenanya, kalau sekiranya perbuatan balas dendam diperbolehkan dalam islam, maka sepertinya beliau dan para sahabat lah yang paling pantas untuk melakukannya. Lantaran mengalami kekejaman yang teramat sangat itu.
Namun Rasulullah, Muhammad Saw adalah manusia yang paling mulia yang pernah Allah utus menjadi Nabi. Kasih sayang beliau sungguh teramat besar, sehingga jauh melebihi rasa ingin membalas setimpal kejahatan yang terjadi. Allah mengabadikan keindahan kasih sayang beliau ini dalam Al Quran:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah :"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki 'Arsy yang agung". (QS. 9: 128-129)
Lantas apakah yang dilakukan oleh Beliau kepada orang-orang Makkah tersebut disaat mampu membalas kekejaman mereka, yakni ketika Fathul Makkah (Pembebasan kota Makkah)? Disebutkan dalam Fiqhus Sirah:
Tidak lama setelah itu kota Makkah tenang kembali, tokoh-tokoh Makkah dan para pengikutnya menyerah tanpa syarat. Rasulullah menuju Baitullah. Setelah thawaf Beliau menghancurkan berhala-berhala dan patung-patung yang ada di sekitar Ka’bah. Kemudian Beliau mengarahkan pandangan kepada orang-orang Quraisy yang berdiri dalam beberapa barisan menunggu keputusan Beliau mengenai nasib mereka. Beliau bersabda: “Tiada Tuhan selain Allah, yang telah memenuhi janji Nya, telah menolong hamba Nya, dan telah pula mengalahkan pasukan Ahzab”. Setelah itu Beliau bertanya: “Hai Orang-orang Quraisy, menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak kuambil terhadap kalian?” Mereka menyahut serentak: “Tentu yang baik-baik! Hai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia”. Beliau lalu bersabda: “Kukatakan kepada kalian apa yang dahulu pernah dikatakan oleh Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya: Tidak ada hukuman apa pun terhadap kalian. Pergilah kalian semua! Kalian semua bebas!”. (Sirah Ibnu Hisyam, dikutip oleh Muhammad Al Gazali).
Tidak hanya itu, diantara 15 orang yang diancam hukuman bunuh lantaran permusuhan yang sudah melampaui batas terhadap islam, hanya 5 orang yang benar-benar dieksekusi. Selebihnya, sepuluh orang, dimaafkan. Yang lima orang itu pun karena mereka tetap ‘istiqomah’ memusuhi islam dan membenci pribadi Rasulullah, walaupun telah diberi kesempatan untuk mendapatkan pengampunan.
Nah, mengapa harus memelihara sifat dendam? Jadilah pemaaf mulai sekarang. “Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. 7:199)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar